Rabu, 17 Desember 2008

~ Mengapa ~

Mengapa...?
S'lalu saja pertanyaan itu terlintas dipikiranku saat ini. Mengapa suami ku tak mau mengerti tentang aku. Mungkin memang salah ku yang selalu terikat dengan masa lalu ku, tapi awalnya aku pikir dia mengerti mengapa aku terikat dengan bayangan masa lalu ku.

Hanya karena seseorang dalam masa lalu ku kini hadir kembali, bukan berarti aku akan melupakan suami ku dan cinta ku berpaling dari nya.

Yah.....
Kemarin aku mendapatkan nomor telpon Johan, yang dulu merupakan "orang terdekat" ku. Namun tak ada keinginan dalam hati ku untuk selingkuh atau apapun istilahnya. Namun yang pasti aku tak mungkin memalingkan hati ku dari suami ku hanya karena seseorang yang dulu pernah menjadi sahabat terdekatku. Aku mengerti akan kecemburuan suami ku karena SMS yang ku kirim pada sahabat ku yg memeberikan nomor HP si Johan, isinya aku kangen sama Johan. Tapi bukan berarti "KANGEN" yang menandakan aku menyisakan cinta dalam hati ku untuk Johan. Saat ini aku merasa, sahabat terbaik ku ketika masih di kampung hanya Johan, dan Johan pun mengerti keadaanku yang sudah berkeluarga.

Aku menelpon Johan kemarin hanya ingin menanyakan kabarnya, menanyakan kabar teman-teman dan menanyakan hubungannya dengan pacarnya. Yah.... dia memang sudah mempunyai pacar, dan aku sangat mendukungnya. Hanya Johan yang mengerti aku ketika aku sedang kacau. Dan yang pasti, Johan adalah satu-satunya orang yang mengulurkan tangannya ketika semua orang mengabaikan ku.

Aku ingin membina hubungan yang baik dengan Johan dan aku ingin suami ku pun mengenalnya karena aku yakin, suami ku pasti akan menyukainya. Namun kenapa suami ku harus cemburu buta seperti itu? Sungguh sakit hati ku......

Sayang....
Mengapa kamu tak mau mengerti juga, mengapa kamu tak mau membuka diri mu untuk menerima masa lalu ku sebagai anak yang terbuang. Ku pikir kamu telah menerima ku apa adanya..................

Tolong mengertilah, hanya kamu yang aku cintai dan hanya kamu yang ada dalam hati ku. Bukan seorang Johan Maramis atau seorang Anton Tulong (alm).

Tidak ada komentar: