Jumat, 12 Desember 2008

Waktu Merubah Semuanya

Ku tulis nama mu di atas pasir, namun ombak dengan angkuhnya menghapus nama mu membawa serta bayangan mu ke lautan luas hingga aku tak mampu menemukan mu meski tlah ku arungi samudera.

Ku pahat nama mu di batang pohon yang rindang, namun angin tlah merobohkan pohon itu menumbangkan batangnya dan mematahkan semua rantingnya sehingga nama mu tak mampu lagi ku baca.

Ku ukir nama mu di bebatuan yang terlihat begitu kokoh, namun tiupan angin dan derasnya hujan tlah mengikis nama mu dan tak tersisa lagi tempat untuk ku untuk mengukir nama mu.

Ku coba melukis nama mu di awan putih, di langit yang biru. Namun apa daya ku ketika awan putih di langit biru ternyata tak sekuat yang kubayangkan, awan putih hanya mengikuti tiupan angin, kini entah di mana dia berada.

Tak ada lagi tempat untuk menorehkan huruf demi huruf yang merangkai nama mu agar aku tak akan pernah melupakan mu.

Haruskah aku menantang matahari untuk membiarkan sinarnya memantulkan nama mu di alam semesta ini? Atau harus kah aku mengalirkan huruf demi huruf yang merangkai nama mu ke sungai agar lautan bisa menjadi saksi betapa besar cinta ku pada mu.


Tidak ada komentar: